Personal Branding Perlu kah?


Dalam dunia bisnis yang saya pelajari, istilah 'Personal Branding' tampaknya wajib dipahami dan diperdalam ilmunya oleh setiap orang yang mengaku memiliki bisnis. Personal Branding ibarat pakaian khas yang senantiasa melekat di tubuh kita kemana pun kita pergi, sehingga orang lain akan mengetahui dengan seksama bahwa kita adalah pemilik pakaian itu. Itulah yang kupahami.

Sejak 2012, saya mulai mencoba berkiprah di dunia usaha. Diawali dari tugas mata kuliah wirausaha, munculah ide untuk memiliki bisnis meski minim modal uang dan ilmu. Hanya modal nekat dan imajinasi, saya dan kawan saya bisa mencobanya. Meskipun terseok-seok karena minimnya ilmu, usaha fashion muslimah syari yang saya coba rintis akhirnya gagal dan menyisakan utang (alhamdulillah bukan riba dan sudah lunas :D).

Pada saat itu entah apa sudah saya memiliki personal branding sebagai penjual gamis atau belum? Mengingat selama itu saya selalu berada di belakang 'panggung'. Desain dan kreasi gamis saya ciptakan sendiri, urusan fotografi dan desain publikasi pun saya yang mengurusi. Tapi urusan  marketing memang bukan bagian saya. Karena saya pikir, saya tidak cocok menjadi marketing, jadi biarlah kawan saya yang berada di depan menghadapi calon pembeli (kebanyakan pembeli adalah kawan-kawan kami sekampus dan semasjid). Jadi sepertinya, branding saya sebagai penjual gamis belum melekat di diri saya.

Setelah menikah saya beralih ke dunia perbisnisan kuliner, mencoba menjajal dunia kuliner yang sedang trend pada saat itu yaitu aneka dessert roti dan minuman khas Asia Timur. Ini pun lagi-lagi hasil ide iseng saya. Kebiasaan saya yang senang membuka instagram dan pinterest ini diwujudkan oleh suami. Kami pun membuka kedai dessert di Cibiru. Imajinasi saya senang bermain dan mewujudkan karya dessert sederhana yang kami anggap 'wah'. Akan tetapi, lagi-lagi karena minim ilmu dan pengalaman akhirnya kami pun harus menjual aset dan menutup kedai dessert kami.

Nah, pada saat itu apakah personal branding saya sudah melekat? Ternyata belum.

toko online saya @viveniahouse
Suami menyarankan saya menjadi internet marketing (dropshipper) setelah kedai dessert tutup. Saya mencoba mempelajarinya lambat sekali, karena saya masih mengurus bayi 5 bulan. Jadi saya tidak fokus untuk membesarkan brand toko yang saya namai "Vivenia House". Akan tetapi lama kelamaan, saya menikmati proses. Setiap ada waktu luang, saya mencoba menambah ilmu meskipun secara otodidak dengan browsing di internet menyelami dunia bisnis sebagai droshipper. Awal jualan saya menjual aksesoris bergaya shabby chic, karena saya suka sekali. Namun penjualannya lambat, hingga saya pun menambah produk hijab fashion (syari dan non syar'i), disini saya mulai merasakan asyiknya berjualan. Tidak berhenti di dua produk, saya menambah produk baru yaitu kosmetik korea. Tetapi karena ini terlampau lambat, saya menggantinya dengan fashion baby. Setelah mencoba berbagai produk untuk dijual, saya merasakan penjualan yang paling menghasilkan adalah di produk hijab fashion. Setahun kemudian, saya mencoba fokus untuk produk fashion hijab syari saja sampai sekarang.

Kembali ke personal branding. Saya adalah tipe introvert yang tidak terlalu percaya diri untuk memposting sesuatu di status medsos, terutama Facebook. Sampai sekarang pun saya jarang menggunakannya untuk berjualan. Saya hanya fokus di instagram toko saya dan shopee. Untuk personal branding saya lakukan di instagram personal saya, karena instagram tidak terlalu banyak follower dan teman, makanya saya cukup percaya diri.

Ternyata seorang pebisnis memang diperlukan untuk membangun personal brandingnya. Bayangin, gimana calon buyer bakalan percaya jika kita tidak membangun branding sebagai penjual? Gimana mereka mau beli produk di kita kalau branding diri saja tidak pernah dilakukan.

Jika memang tipe introvert seperti saya yang agak sulit dan kaku meski di media sosial untuk membangun personal branding, lakukan saja di media-media yang kita merasa nyaman dan tidak terlalu terbuka. Oleh karena itu saya pilih instagram dan blog ini salah satunya. Jika memang sudah merasa yakin akan bisa membranding diri di media sosial yang lebih ramai, kita bisa memilih itu.

Penjualan memang bukan sekedar branding diri, tetapi hal ini pun butuh dilakukan agar mental kita sebagai pebisnis dan penjual hidup dan matang.




Share this:

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment