[Challenge Nulis Yuk Batch 38] Hambatan & Harapan Menulis



Sering merasa mandeg ketika menulis?

Tentu hal ini selalu terjadi bahkan oleh penulis kelas profesional sekalipun. Wajar namanya manusia, selalu ada masalah menimpa hingga mempengaruhi aktivitas kesehariannya. Apalagi ketika dilakukan oleh seorang amatiran yang sekedar hobi menulis, tentu banyak hambatannya. Rasa malas, jenuh, penat, sesak, kurang informasi dan sejenisnya adalah rata-rata hambata penulis amatiran.

Begitu pula dengan saya, seorang ibu rumah tangga beranak satu yang merangkap tugas menjadi seorang pebisnis online. Potensi menulis saya sudah hidup sejak kecil. Kuliah di jurusan sastra membuat potensi menulis semakin hidup dan bergairah. Hingga akhirnya saya bisa menelurkan 3 novel dan 1 kumpulan cerpen yang saya terbitkan sendiri bekerja sama dengan perusahaan self-publishing untuk percetakan dan penerbitannya. Ya meskipun isi karya sastra yang saya buat tidak ada kaitannya juga dengan jurusan kuliah saya. Setidaknya wawasan saya cukup terbuka. Apalagi buku kumpulan cerpen juga ada pengaruh dari teori karya sastra yang sudah saya pelajari di kampus.

Namun, setelah menikah dan memiliki anak, semangat menulis menurun. Terutama tulisan sastra yang sangat saya sukai. Saya lebih sering menulis opini atau surat pembaca untuk media berita online, untuk menumpahkan kegemasan dan kekecewaan terhadap apa yang terjadi di negara ini. Positifnya, beberapa kali tulisan saya dimuat dan cukup melegakan karena saya merasa bisa berkontribusi untuk negara ini meskipun kecil sekali. Saya niatkan saja semuanya untuk dakwah, biarlah Allah yang mencatat amal ini.

Namun, lagi-lagi hambatan menghalang. Apa karena terlalu jenuh isi pikiran saya? Apakah karena saya tidak terlalu banyak bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar saya? Apakah karena saya kurang membaca? Pikiran-pikiran itu selalu menghantui ketika akhirnya saya marah dan sesak, sehingga gagal untuk menulis.

Kadang saya juga menyalahkan anak saya yang terus 'mengganggu' ketika bundanya ini sedang berada di depan layar laptop, mempersiapkan jari-jemari untuk menari di atas tut keyboard. Namun, akhirnya hanya penyesalan yang didapat, ketika anak tertidur pulas melihat wajah polosnya menampar diri ini. Mengapa mesti dia yang disalahkan?

Begitulah hambatan diri ini, yang begitu lemah, mudah terbawa suasana, dan terlalu banyak memendam rasa. Kadang mungkin berharap pujian, hingga kecewa yang didapat ketika harapan itu tak berbalas. Saatnya meluruskan niat. Saya menulis untuk diri saya saja. Jika terdapat kebaikan di dalamnya, biarlah Allah yang membalas. 

Alhamdulillah, bisa mengikuti kelas #nulisyukbatch38. Ternyata dikumpulkan dengan orang-orang yang memiliki permasalahan yang sama, kemudian dibimbing oleh para guru yang menginspirasi, membuat diri ini bersemangat Rasanya terus ingin menulis dan menulis. Lihat saja postingan hari ini. Saya bisa membuat tiga postingan sekaligus di hari yang sama. 

Harapan besarnya setelah mengikuti kelas ini, tentu saya bisa semakin rajin menulis, mengalahkan suasana hati yang tak menentu dan batu-batu yang menghambat dalam pikiran. Sekalipun hanya tulisan yang berisikan curahan hati, tetapi tak mengapa justru menulis adalah penawarnya. Lebih jauh lagi, saya bisa lebih banyak menulis yang menginspirasi, bermanfaat bagi banyak orang, serta membawa perubahan bagi dunia dan tentunya menjadi amal jariyah yang tak berhenti untuk akhirat kelak.

Ya....
Semoga saja
Terima kasih kepada #nulisyuk yang menumbuhkan kembali potensi yang kemarin sedang tertidur :)



Share this:

,

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment