Beda Cara Memahami Suami dan Istri


Nemu gambar ini.
Saya jadi bertanya, sesulit itukah memahami wanita? Sulit, ataukah kita yang belum tahu caranya?
Saya bukan psikolog, namun kebiasaan (kalaulah tak disebut pengalaman) mendengarkan curhat teman akan masalah rumah tangganya setidaknya memberikan gambaran singkat bagaimana seorang perempuan bisa dimengerti.
Kuncinya satu: DENGARKAN. Dengan stok rata-rata 2000 kata per hari yang harus ditumpahkan, perempuan memang butuh banyak bicara dibandingkan laki-laki yang cuma punya stok 700 kata per hari.
Kalau melihat istri mulai rungsing, uring-uringan, dan segala yg suami lakukan tetiba jadi salah semua di matanya, itu berarti ada saluran pengeluaran kosakata yang tersumbat. Cobalah ajak bicara.
Bukan bicara juga sebenarnya, karena yang harus bicara hanyalah istri. Suami ngapain? Dengarkan. All ears. With all heart, mind, body, and soul. Seabsurd dan sengawur apapun curhatan istri, jangan coba-coba membantah, membela diri, atau bahkan nekat memberi solusi. Percayalah, argumentasi dan solusi yang diberikan saat istri curhat hanya akan mempertajam masalah. ðŸ˜‘
Kok bisa? Ya bisa.
Saat istri curhat, sejatinya, dia sedang bertindak sebagai orang ketiga terhadap masalahnya sendiri. Dia butuh meninjau masalahnya dengan visi yang lebih jelas dan lebih terang. Dia tengah mengambil jarak dari diri dan masalahnya.
Di kepalanya bersengkarut tumpukan problem harian, bulanan, tahunan....lengkap dengan sampah emosinya. Saat kepala sedang terasa penuh, sangat tak bijak jika seseorang nekat memberikan nasihat dan solusi, karena sama saja dia menambah input keruwetan di sana.
Maka duduk diam dan dengarkanlah.
Biarkan dia mengeluarkan rentetan benang kusut di benaknya. Mengeluarkan stok 2000 kata per harinya. Tak peduli sesalah apa pun pandangam istri, tak peduli setersinggung apa pun suami atas cerita istri, tak peduli sesakit apa pun harga diri suami, tahanlah dirimu dari membantahnya. Oh my, saya serius, tahanlah. Tahaan....dengarkanlah sejenak cerita omong-kosong istrimu itu. Seabsurd apa pun itu. Dia hanya sedang butuh didengarkan. Jadilah bocah manis yang mengiyakan, walau hatimu menghitung sejumlah syarat bahkan memberontak.
Jika memang harus menasihati, memperbaiki, atau menjelaskan suatu perkara plus memberi solusi, gunakanlah waktu yang lain saat emosi istri sudah reda. Karena istri yang curhat tak sedang mencari solusi, mereka mencari pendengar.
Otak mereka berbeda dengan otak laki-laki yang akan sigap mencari solusi saat menghadapi masalah.
Kadang ketidakpekaan suami ada di titik ini. Karena dorongan gharizah nau'nya, saking sayangnya, tak maulah dia melihat istrinya menghadapi masalah. Maka langsung disodorkannya solusi, yang justru membuat istri bertambah emosi.
"Mas, kalau lewat Jalan Cemara, aku pasti telat. Duh, aku harus bagaimana ya?"
"Ya, coba aja lewat Jalan Ciliwung."
"Mas ini bagaimana, sih, di Jalan Ciliwung kan banyak sekolah. Kalau pagi begini banyak kendaraan ortu nganter anak, nanti aku malah bla bla bla...."
Sounds familiar?
Ini percakapan yang pernah terjadi dan saya mendengarnya sendiri. Membuktikan istri tak butuh solusi. Hehehe.....karena akhirnya si istri memutuskan berangkat lebih awal agar tak telat lewat Jalan Cemara.
Bikin ribet. Memang.
Dalam kasus yg lebih serius malah bikin para suami stress sendiri menghadapi istri. "Jadi kamu maunya apa?" itu yang ada di benak suami.
Kami cuma mau satu: DENGARKAN. Bersabarlah terhadap kami, para istri. Allaah menciptakan kami dengan sebegini kompleks dan uniknya. Kami berasal dari tulang rusuk yang bengkok yang jika kalian, para suami, bersikap kasar, maka kami akan patah.
Luruskan, didik, dan nasihatilah kami tanpa mengambil dan mengganggu hak kami untuk bercerita. Sekonyol apa pun isi cerita itu, duduk, diam, dan dengarkanlah. Buatlah komitmen bahwa istri boleh menceritakan APA PUN yang meradang di hatinya tanpa perlu sungkan pada suami. Dan suami juga demikian. Dengan catatan, di saat yang berbeda, agar tak pecah Perang Teluk II.
Tentu saja tak semua cerita istri hanya berisi curhat, ada kalanya istri pun butuh solusi cepat dan jitu saat itu juga. Dan suami diharap bisa membantunya. Kapankah itu? Hehe...untuk mengetahuinya, maka kembali, suami harus bersabar dan senantiasa mengasah kepekaan terhadap istri.
Suami yang mampu mengatasi istri di level ini, insya Allaah akan memenangkan hati istrinya. Istri akan menganggapnya sebagai suami yang puaaaaliiiiing pengertian dan tiada duanya di dunia.
Konflik bisa muncul dari komunikasi yang tak sehat, dan komunikasi tak sehat bisa muncul dari ketidakmauan mendengarkan.
Wallaahu a'lam.
Ah, siapalah saya. Saya hanya hendak berbagi.

Copas status FB 
Nisrina Nitisastro


Share this:

,

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment