Curhat: Menulis Fiksi di Platform Digital

Menulis bagi sebagian orang mungkin menjadi hobi yang dikerjakan di waktu luang saja. Akan tetapi, kalau kamu coba terjun di platform digital, jangan harap untuk bisa ngerjain di waktu luang. Apalagi untuk kamu yang bisa cepat menjaring banyak pembaca dengan mudah karena punya cerita pasaran yang bikin terbawa suasana. Jangan harap bisa santai, atau pembaca kamu bakal mencak-mencak. Haha.


Aaah... di sini sebenarnya saya cuma mau curhat aja. Saya lagi kena writer's block, alias stuck ide. Sebenarnya gak stuck banget, karena saya sudah punya kerangka atau outline keseluruhan cerita sampai tamat. Entah kenapa, saya merasa ada yang salah dari diri saya selama sebulan menulis.

Awalnya saya sangat antusias, karena novel terbaru saya yang berjudul After The Second Marriage, yang saya publish di Novel**** berhasil membawa para pembaca baper separah-parahnya. Mereka curhat sama saya, karena saat membaca novel itu air mata membanjiri pipi, hiks hiks, bahkan sejak awal. Puncaknya, pada saat klimaks cerita. Asli, saya juga banjir air mata saat nulis cerita ini. Semuanya mengalir begitu saja. Saya gak nyangka kalau ternyata antusias pembaca saya yang berada di sekitar 2000-an itu terlalu besar. 

Namun, di kala itu saya bimbang karena karya itu belum terkontrak. Walhasil, saya gak dapat apa-apa kecuali apresiasi pembaca. Regulasi baru di platform digital itu cukup menyulitkan, apalagi ada skema level karya yang membuat penulis kerja keras memutar otak untuk cari cara menaikkan karya level yang terlalu banyak, dari level 3-10. Saat itu level karya saya berawal dari level 4 kemudian berubah cepat menjadi level 6. Terus stagnan di angka 6. Padahal target saya untuk mengontrak karya adalah level 8. 

Adanya ketidakjelasan dalam menaikkan karya inilah yang akhirnya membuat saya pindah platform ke Novel**. 

Keuntungan berada di platform sebelumnya adalah pembaca dapat mudah didapat ketika kita sudah memiliki ketenaran yang cukup di karya awal. Saya pun begitu, meski tidak semua pembaca di karya sebelumnya membaca karya baru saya. Ada bonus juga ketika kita sudah meraih level 8-10 jika dalam sebulan berhasil menulis dengan minimal 60.000 kata. Berat? Sangat berat sebenarnya bagi saya yang seorang ibu rumah tangga. Akan tetapi di karya sebelumnya saya berhasil melampaui itu 3 bulan berturut-turut. Kesempatan berada di level tertinggi, tidak membuat saya menyia-nyiakan level itu untuk mendapat bonus bulanan.

Namun, memiliki karya baru dengan jumlah pembaca yang tidak terlalu besar menyulitkan saya. Apalagi rencananya karya baru saya ini tidak akan bisa memiliki episode panjang. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk pindah ke platform berbayar.

Next...

Di Novel** persyaratan kontrak cukup mudah. Hanya saja untuk menjadikan bab terkunci harus memiliki minimal 100 subscriber dengan total jumlah 40.000 kata. Ada bonus pendapatan juga bagi karya yang dipublish setiap hari. Saya berharap besar dong dari platform berbayar ini, apalagi saya menggiring pembaca dari platform sebelumnya ke platform ini meski tidak semuanya karena mereka harus membayar koin sebanyak Rp 200-600/episode.

Namun entah kenapa, saya seperti membawa beban ketika pindah ke platform ini. Pertama, antusiasme pembaca dari season pertama begitu besar, sehingga saya tertekan ketika memasuki season kedua alur cerita sedikit menurun. Season pertama memang penuh konflik yang memainkan perasaan. Sedangkan season kedua alur cerita melambat dan konflik ringan ala rumah tangga. Saya baru akan memunculkan konflik berat di episode ke 80-an keatas. Sedangkan bab mulai terkunci di bab 24. Para pembaca lama mungkin akan sedikit merasa jenuh di season kedua ini. Saya akui itu, karena feel menulis untuk season dua menurun drastis karena beban di pikiran karena ini platform berbayar, maka saya harus bisa menulis dengan lebih baik. Tetapi ternyata hasilnya, zonk! Mood menulis naik turun, apalagi setelah bab terkunci, jumlah pembaca menurun drastis. Tulisan saya juga kurang riset dan hampa. 

Nah inilah yang menjadi curhatan saya kali ini. Saya pikir setelah berhasil menamatkan karya ini-- yang kemungkinan di akhir bulan November karena saya hanya akan mengejar bonus pendapatan saja, bukan dari bab berbayar, saya akan memutuskan untuk hiatus. Entah berapa lama. Walaupun sudah ada beberapa kerangka yang saya buat untuk cerita selanjutnya, hanya saja belum matang. Jadi ... saya akan belajar, mencari ilmu terkait kepenulisan fiksi, banyak membaca, dan menulis diam-diam di waktu luang yang tidak dituntut oleh permintaan pembaca. 

Haaaah... lega sekali rasanya sudah menuangkan penat yang sejak bulan Oktober ini melanda. Ya baiklah, saya akan kembali menulis untuk menyelesaikan karya ini. 





Share this:

, , ,

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment