Couple Quality Time



Waktu berdua setelah punya anak rasanya memang sulit. Tetapi sebenarnya, bisa lho kalau kita memang menjadwalkan. 

Jadi pengen flashback ke masa pacaran deh. Masa pacaran kami tergolong singkat, mengingat saya hanya mengalami satu bulan kosong setelah menikah. Jadi sekitar 10 bulanan saja saya dan suami berpacaran setelah menikah. 

Kami memang tidak butuh waktu lama untuk saling mengenal satu sama lainnya pada masa ta'aruf. Cukup 3 bulan saja kami bertaaruf lalu meneruskan ke jenjang pernikahan. Dan masa pacaran selama 10 bulan memang luar biasa, dibumbui dengan banyak ujian yang membuat kami semakin mengenal satu sama lain.

Ujian awal pernikahan itulah yang kadang selalu kami tertawakan, atau bahkan kami terharu dan mellow kalau mengingat masa-masa kami berdua. Lalu kami pun bersyukur karena bisa melewati hari-hari itu sehingga ikatan cinta kami terasa lebih kuat.

Ujian pertama terasa berat sekali, terutama bagi saya...

Saat satu bulan setelah pernikahan, ibu saya dipanggil oleh Allah swt. Saat itu saya belum hamil. Saya pun berandai-andai, jika saja ibu mengetahui kalau sebentar lagi ia akan menimang cucu tentu ia akan sangat bahagia. Tetapi Allah berkehendak lain, Allah lebih menyayangi ibu, kami pun merelakan kepergiannya. Saat itu, saya yang masih tinggal di rumah orang tua merasa sangat kesepian. Saya sangat bahagia ketika suami datang dari kantornya, karena rasa sepi itu hilang dalam sekejap. 

Ujian berikutnya pun melanda. Masih dalam suasana yang dingin dan hampa. Saat itu suami memberi kabar yang tidak enak didengar. Memang dia sudah mengabarkannya sejak awal. Saat itu usia pernikahan kami baru menginjak 5 bulan. Ia diputus kontrak oleh perusahaan tempat ia bekerja. Sehingga ia pun resmi berstatus sebagai pengangguran. Sedih? Tentu sedih. Tapi lagi-lagi kami bersyukur, kami masih memiliki cukup tabungan setidaknya untuk memulai usaha baru dan menyiapkan persalinan anak kami nanti. Saya bersyukur, karena sebelumnya suami saya bekerja di perusahaan sekolah bisnis, maka ide untuk berbisnis pun bermunculan.

Akhirnya kami membuka kedai dessert di dekat rumah orangtua saya. Dan saat itu juga kami memutuskan untuk pindah ke ruko tempat kami berjualan. 

Di masa-masa inilah kami banyak menghabiskan waktu berdua. Kami bekerja sebagai partner meski hanya berjualan es krim, minuman trendy dan roti bakar. Kedai kami hanya ramai di waktu-waktu tertentu dan lebih banyak sepinya :'D. Di awal kami berjualan, kami mendapatkan penghasilan sekitar 250ribu dalam 3 hari. Kami meninggalkan dompet di dalam ruko ketika kami pulang ke rumah (pada saat itu belum pindah). Lalu keesokan harinya, kami menemukan dompet kami hanya berisikan koin receh saja. Ya, ada yang mengambil uang kami, mungkin salah satu pekerja bangunan yang tahu jalan rahasia masuk ke dalam ruko. Kami hanya ikhlas dan tidak akan meninggalkan uang satu peser pun dalam ruko dan menutup semua akses yang kira-kira bisa menjadi jalan bagi orang lain masuk.

Di saat sepi, kami duduk di satu sofa, kadang bermesraan sambil mengelus perut berisi dede bayi. Ketika kedai ramai, kami sibuk bekerja sama untuk menghidangkan pesanan para pelanggan. Banyak hal yang sebenarnya terkesan lucu, sedih, dan haru karena bahagia pada saat itu.

Keadaan pun mulai membaik setelah suami kembali bekerja dan Mashel sudah lahir. Namun, kami tidak bisa berduaan sepanjang waktu lagi. Apalagi di tempat kerja barunya, ia mulai sering pergi dinas keluar kota, yang mana membuat hati terasa sepi dan was-was. Biasanya kami berdua menghabiskan waktu dengan menonton film bersama atau jalan-jalan, tentunya Mashel dititip sebentar dulu sama Mbahnya. Hehe...

Beda lagi dengan sekarang. Sekarang kami sudah tinggal di apartemen, jadi cukup jauh dari rumah orang tua. Akhirnya, untuk pergi kemana-mana pun tak bisa lagi berdua, akan selalu ada Mashel yang ikut, hehe. Lalu bagaimana menyiasati couple quality time?

Kami biasanya banyak mengobrol pada saat malam, untuk membahas banyak hal. Mulai dari menyiapkan strategi bisnis online, perkara dakwah dan politik, parenting, bahkan throwback ketika melewati masa-masa sulit kami. Kami juga menjadwalkan 'me time' bersama. Ketika Mashel sudah tidur lelap, biasanya Jumat atau Sabtu malam, kami ber-'me time' bersama. Ia sibuk bermain dengan gamenya, dan saya pun sibuk bermain dengan game atau membaca komik atau mendesain (sesuai mood saja). Karena rutinitas harian, memang kami tidak memiliki 'me time' yang pas di siang hari. Jadilah kami menjadwalkan seperti itu. Tentunya melihat situasi dan kondisi.

Kami juga menjadwalkan satu hari dalam setahun untuk 'playdate' atau dine in keluar. Tentunya Mashel kami titipkan di kakek neneknya. Dari sana kami merasa bahwa memang perlu dijadwalkan hal-hal semacam ini demi meningkatkan kualitas hubungan antara suami dan istri, juga sebagai life partner agar hubungan semakin harmonis.

Nah, tahun ini kami belum punya jadwal playdate nih! Ingin sekali bermain di wahana seru seperti Dufan, tapi kita lihat saja nati.

Jadi apa sih favorit couple quality time kamu, Bun?

playdate 2018







Share this:

, ,

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment