Be Productive in Every Way





Setelah menikah, tentu kehidupan kita akan jauh lebih berbeda. Yang awalnya kita hidup untuk kepentingan sendiri, kini kita berbagi beban dan kepentingan dengan pasangan. Belum lagi kita akan bertubrukan dengan kebiasaan, prinsip, cara pandang, dan lain-lainnya dengan pasangan kita. Namun, itulah indahnya pernikahan. Jika kita berkomunikasi secara benar dan efektif dengan pasangan kita, perbedaan itu akan menjadi pelengkap bagi kekurangan diri kita.

Begitu pula dengan saya. Apalah saya ini waktu masih menjomblo? :D

Dulu, saya seorang gadis pendiam yang punya bakat terpendam (iya gitu?). Sebenarnya tidak pendiam jikalau saya berada dekat dengan orang-orang yang cocok, yang memiliki kepribadian berbeda dengan saya tetapi mereka memiliki minat dan ketertarikan yang sama. Introvert istilahnya.

Jika diposisikan sebagai partner kerja, saya cenderung tidak bisa memimpin, mudah dipengaruhi, tidak banyak bicara tetapi konsisten, kreatif, dan bisa diandalkan. Alhamdulillah, Allah mempertemukan saya dengan seorang lelaki yang terbaik untuk saya. Suami saya tipikal influencer, dominan, banyak bicara, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Sesuatu sekali untuk saya. Dalam hal keuangan, saya cenderung boros dan suka sekali jajan (hehe, maklum anak Bandung banyak jajanan :D). Berbeda dengan suami saya yang penuh perhitungan dan hemat. Sekali lagi, sesuaaaatuu sekali yaa bagi saya :D

Tetapi begitulah jika sudah jodoh. Allah melengkapi kekurangan yang ada pada diri kita dengan kelebihan yang dimiliki pasangan kita. Begitu juga sebaliknya. Dan inilah keuntungan setelah menikah. Kita bisa mengatur dan memaksimalkan potensi kita, dengan saling berbagi, menasihati, memberi masukan, plus memiliki cinta dari pasangan kita.

Inilah yang saya pelajari selama menikah dengan suami saya. Be Productive in Every Way.

Sudah saya ceritakan di atas, kalau saya termasuk orang yang agak boros dan suka jajan. Saya sangat sulit mengatur keuangan. Meskipun sebenarnya tidak boros-boros amat, bahkan dibanding adik-adik, saya termasuk orang yang paling perhitungan kalau harus membeli sesuatu. Tapi kalau dibandingkan dengan suami, saya termasuk orang yang boros, hehe.

Suami saya berpikir keras, gimana caranya agar pengeluaran jadi pendapatan? Sebenarnya sih sudah diterangkan di postingan ini (klik di sini)

Jadilah saya penjual online (dropshipper). Jujur, waktu itu saya masih sibuk ngurusin si kecil yang masih 3 bulan plus juga jadi pemilik (baca: penjaga) kedai es krim usaha kami. Tapi, dengan pertimbangan matang, suami saya tidak mau lagi meneruskan usaha kecil ini karena modal habis, untung pun tak seberapa. Cukuplah pelajaran dan hikmah yang bisa kami ambil, ciyee...

(Maaf kalimatnya jadi gak baku yaa)

Mulailah saya dengan jualan online dropshipper, dengan modal smartphone dan kuota yang biasanya saya pake buat googling atau lihat-lihat gambar di instagram sambil jaga kedai.

Nah, mulailah jam-jam produktif saya terpakai. Saya mulai memposting ketika si kecil sudah tidur di pagi hari setelah kedai buka. Waktu itu saya masih jualan barang-barang dan aksesoris vintage atau shabby chic. Minggu depannya, saya jualan hijab dan mulai pake internet banking untuk memudahkan transaksi. Pas awal punya internet banking, mulailah closing satu persatu baik di barang-barang vintage ataupun hijab. Hihi, Allah emang tahu banget rempongnya saya kalau gak punya i-banking.

Nah, jualan online emang gampang banget kalau niatnya iseng-iseng berhadiah. Hasilnya, yang closing cuma beberapa kali dalam sebulan, masih bisa dihitung dengan jari lah. Dan anehnya, saya waktu itu gak belajar, tetep aja ngebiarin mengalir apa adanya. Mungkin karena memang faktor perhatian saya lebih tertuju pada si kecil.

Jika memang jualan sedang sepi, apa yang saya lakukan?

Pertama, menganalisis produk juga penggunaan hashtag di instagram. Kedua, ya menulis, makanya dulu sempat punya website berbayar di catatanbunda,top (udah expired ya :P) dan akhirnya muncul blog ini, tempat berbagi tulisan untuk para bunda seperti saya.

Makanya, sebisa mungkin, suami saya menargetkan agar waktu saya efektif. Lho kok suami?! Iya beneran, suami saya yang selalu bikin target untuk saya kerjakan. Ya jualan, menulis, atau membuat video. Tapi dari semua aktivitas itu, hanya jualan online yang selalu konsisten untuk saya kerjakan setiap harinya. Oleh karena itu, fokus utama jualan dan menulis menjadi sampingan jika memang kepengen.

Saya menikmati jualan online ini dan mulai memberanikan diri untuk investasi lebih, meskipun bukan pada produk melainkan ilmu marketing. Impian saya pada saat itu mulai terbentuk, meskipun sebenernya sudah terbayang sejak dulu, hanya saja action yang kurang.

Dari sini fokus saya sudah bertumbuh, meski perhatian buat si kecil tetep nomor satu ya. Walhasil, peningkatan demi peningkatan omset dan profit mulai dirasakan.

Jadilah waktu di rumah tidak ada yang tersia-siakan. Dan sekarang saya mulai belajar untuk membangun SOP bagi diri saya sendiri, agar waktu tetap termanejemen dengan baik, serta pekerjaan rumah lainnya pun tak terabaikan.

Karena, saat ini, alhamdulillah bisnis online saya sudah mulai memasuki kata 'ramai' meskipun ya enggak ramai banget. Tapi penghasilan saya datang dari sana, sehingga saya harus membuat sistem agar saya bisa tetap bekerja secara profesional, baik sebagai ibu, istri, manajer rumah tangga, pembelajar Islam serta marketer bisnis online.





Share this:

,

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment